Pasti Dapat Lailatul Qadar
Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin
Pasti Dapat Lailatul Qadar adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada 20 Ramadhan 1441 H / 13 Mei 2020 M.
Kajian Ilmiah Tentang Pasti Dapat Lailatul Qadar
Pada kesempatan kali ini kita akan membicarakan tentang yang nanti malam kita mulai, yaitu 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Dengan tema: Pasti Dapat Lailatul Qadar.
Kita di Indonesia pada hari ini adalah 20 Ramadhan 1441 Hijriyah. Dan nanti malam adalah malam yang ke-21 dari Ramadhan 1441 Hijriyah. Dan malam yang ke-21 adalah salah satu dari 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan. Dan bulan Ramadhan seluruh hari-harinya adalah hari yang berkah. Tetapi sebagaimana -di dalam agama Islam- meskipun seluruh hari-harinya adalah hari yang berkah, maka ada hari-hari yang lebih berkah, lebih utama di dalam bulan Ramadhan ini. Dan itu sering di dalam agama Islam. Seluruh hari baik, tapi ada hari yang paling utama. Seluruh amalan baik, tapi ada amalan yang paling utama. Ini menunjukkan bahwasanya di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, kita harus benar-benar memperhatikan adanya tentang lailatul qadar. Makanya tema kita pada kesempatan kali ini adalah Pasti Dapat Lailatul Qadar.
Apa yang dimaksud dengan Lailatul Qadar?
Kalau kita perhatikan, kata “lailatul qadar” diambil dari 2 kata; “lailah” dan “al-qadr”. Lailah (ليلة) disebutkan artinya oleh para ulama Rahimahullah dalam bahasa adalah waktu dari mulai terbenamnya matahari sampai terbit fajar yang kedua. Inilah makna lailah secara bahasa, begitu juga menurut istilah syariat.
Adapun “al-qadr” (القدر), maka di sana terdapat berbagai macam makna. Di antara maknanya disebutkan oleh Imam Ibnul Mulaqqin dalam kitab beliau الاعلام بفوائد عمده الاحكام bahwa al-qadr artinya adalah kemuliaan, keagungan, kebesaran. Ini salah satu makna dari al-qadr. Berarti kalau lailatul qadar, waktu dari mulai terbenam matahari sampai terbit terbit fajar kedua yang penuh kemuliaan, keagungan, kebesaran. Arti al-qadr dengan arti ini (kemuliaan, keagungan, kebesaran) diambilkan dari surat Az-Zumar ayat 67. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا قَدَرُوا اللَّـهَ حَقَّ قَدْرِهِ
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benar pengagungan.” (QS. Az-Zumar[39]: 67)
Maka lailatul qadar adalah malam yang mempunyai keagungan dan kemuliaan. Kenapa demikian? Karena di dalamnya diturunkan Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an turun secara keseluruhan ke langit dunia. Kemudian setelah itu turun selama 23 tahun kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini arti al-qadr yang pertama.
Arti al-qadr yang kedua yaitu kata yang bergandengan dengan al-qadha. Al-qadr yaitu segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi dan tertulis di dalam kitab Lauhul Mahfudz. Itulah yang disebut dengan al-qadr. Dan al-qadha adalah apabila yang tertulis dalam kitab Lauhul Mahfudz tersebut sudah terjadi. Dan makna ini juga sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh para ulama Rahimahullahu Ta’ala. Yaitu bahwa lailatul qadar adalah malam dari mulai terbenamnya matahari sampai terbit fajar kedua yang di dalam malam tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala merincikan takdir-takdir setiap makhluk selama 1 tahun ke depan. Yang mana takdir-takdir tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala tuliskan sebelumnya di dalam kitab Lauhul Mahfudz. Dan ini disebutkan oleh Allah dalam surat Ad-Dukhan ayat 3 kemudian 4. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ ﴿٣﴾ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴿٤﴾ أَمْرًا مِّنْ عِندِنَا
“Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur’an pada malam yang penuh dengan berkah. Sesungguhnya Kamilah sang pemberi peringatan. Di dalam malam tersebut dirinci setiap perkara yang Maha Bijaksana.” (QS. Ad-Dukhan[44]: 3-4)
Dijelaskan oleh para ulama, di antaranya Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala. Kata Imam Ibnu Katsir: “Di dalam lailatul qadar, dirinci dari kitab Lauhul Mahfudz (kitab yang dituliskan seluruh takdir-takdir makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi secara rinci) dirinci pada lailatul qadar, diberikan kepada para malaikat pencatat perkara selama 1 tahun. Dan apa saja yang terjadi di dalamnya dari kematian-kematian dan rezeki. Dan apa saja yang terjadi di dalamnya sampai akhirnya.”
Jadi memang di dalam lailatul qadar dituliskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala takdir-takdir seluruh makhluk. Dituliskan di sini maksudnya adalah dirincikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala takdir-takdir seluruh makhluk.
Adapun makna al-qadr secara itilah syariat disebutkan oleh para ulama Rahimahumullahu Ta’ala, disebutkan oleh Muhammad Rawwas dalam kitab معجم لغه الفقهاء:
ليلة القدر: ليلة من ليالي العشر الأخيرة من رمضان تنزل فيها مقادير الخلائق إلى السماء الدنيا، ويستجيب الله فيها الدعاء، وهي الليلة التي نزل فيها القرآن العظيم
“Lailatul qadar adalah sebuah malam dari malam-malam 10 terakhir dari Ramadhan. Turun di dalamnya takdir-takdir makhluk ke langit dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalamnya mengabulkan doa. Dan ia adalah malam yang diturunkan di dalamnya Al-Qur’an yang agung.”
Ibnu Madzur di dalam kitab لسان العرب mengatakan:
ليلة القدر، التي تُقَدَّر فيها الأَرزاقُ وتُقْضى.
“Lailatul qadar adalah malam yang di dalamnya ditentukan rezeki-rezeki dan diqadhakan.”
Kalau kita ingin (tahu) lebih lengkap pengertian lailatul qadar, disebutkan oleh para ulama Rahimahumullah bahwa: Lailatul qadar adalah sebuah malam yang penuh dengan berkah dari malam-malam 10 terakhir dari bulan Ramadhan. Di dalam lailatul qadar, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Al-Qur’an yang mulia. Di dalam lailatul qadar dirinci apa yang akan terjadi selama setahun dari takdir-takdir, beramal ibadah di dalamnya lebih baik daripada beramal ibadah dalam 1.000 bulan yang tidak ada lailatul qadar.
Maksud Merincikan Takdir
Sebelum saya lanjutkan, saya ingin mengingatkan bahwa dalam masalah takdir, mungkin ada sebagian orang yang bingung kenapa ada perincian takdir? Berarti takdir ditulis kembali atau macam-macam pertanyaan tentang bahwa setiap tahunnya ada penulisan takdir. Kita jawab bahwa takdir kalau kita berbicara tentang beriman kepada takdir, maka takdir itu ada 5;
1. Takdir Azali
Allah Subhanahu wa Ta’ala menakdirkan secara Azali. Yaitu Allah menuliskan takdir-takdir seluruh makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Allah Subhanahu wa Ta’ala tulis pada kitab Lauhul Mahfudz. Dan penanya sudah diangkat, lembaran-lembarannya sudah kering. Jadi setiap makhluk (baik itu jin, manusia, hewan) sudah Allah Subhanahu wa Ta’ala tuliskan takdirnya 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
Dalilnya hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah menuliskan takdir-takdir para makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim)
2. Takdir Mitsaq
Yaitu takdir saat Allah Subhanahu wa Ta’ala mengambil perjanjian dari seluruh manusia. Sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat Al-A’raf:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَـٰذَا غَافِلِينَ ﴿١٧٢﴾
“Dan ingatlah ketika Rabbmu mengambil dari anak keturunan Adam dari tulang sulbi mereka dan menyaksikan kepada mereka atas diri mereka: ‘Bukankah Aku Rabb kalian?’ Kemudian seluruh anak keturunan Adam yang masih ada di dalam tulang sulbi mengatakan: ‘Iya, kami menyaksikan Engkau adalah Rabb kami.’ Kemudian kalian pada hari kiamat mengatakan: ‘Sesungguhnya kami atas hal ini benar-benar lalai.’” (QS. Al-A’raf[7]: 172)
Artinya orang-orang kafir, orang-orang musyrik, mereka akan menyesal nanti di hari kiamat. Padahal mereka di awal -bahkan sebelum mereka lahir- mereka sudah diambil perjanjian oleh Allah agar beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Takdir Al-‘Umri
Takdir seumur hidup ini haditsnya riwayat Imam Muslim dari sahabat Nabi Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمَاً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الـْمَلَكُ فَيَنفُخُ فِيْهِ الرٌّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ.
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian penciptaannya di perut ibunya 40 hari adalah nutfah (percampuran antara sel telur dengan sel sperma), kemudian 40 hari yang kedua yaitu sebagai segumpal darah, 40 hari yang ketiga sebagai sumpah daging, kemudian setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus malaikat, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk meniupkan ruh padanya. Lalu menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, nasibnya apakah beruntung ataukah malang.” (HR. Muslim)
Lihat juga: Hadits Arbain Ke 4 – Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfudz
4. Takdir As-Sanawy
Takdir As-Sanawy adalah takdir pertahun. Inilah yang kita bicarakan tadi. Yaitu bertepatan pada lailatul qadar.
5. Takdir Al-Yaumy
Ini adalah takdir per-hari. Sebagaimana firman Allah dalam surah Ar-Rahman ayat 29:
…كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ ﴿٢٩﴾
“Setiap hari dia di dalam keadaan.” (QS. Ar-Rahman[55]: 29)
Semua takdir, dari mulai harian, tahunan, seumur hidup, perjanjian yang Allah ambil dari seluruh keturunan anak Adam, itu adalah sudah ada di dalam kitab lauhul mahfudz.
Lailatul Qadar tetap akan ada sampai hari kiamat
Tidak ada keraguan di dalamnya akan hal ini. Tidak boleh kita meragukan bahwa tahun ini tidak ada lailatul qadar, haram hukumnya. Kemudian tidak boleh juga kita meragukan bahwa lailatul qadar hanya ada pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ini haram, mendustakan ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dan keyakinan ini adalah ijma’. Dinukilkan ijma’ tersebut oleh Imam Ibnul Mulaqqin dalam kitab beliau الاعلام بفوائد عمده الاحكام. Beliau mengatakan: “Telah bersepakat siapa saja yang dianggap dari para ulama atas terus-menerusnya adanya lailatul qadar sampai akhir masa.”
Jadi dalilnya adalah ijma’. Kemudian ijma’ ini berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘Anhu beliau bercerita:
خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُخْبِرَنَا بِلَيْلَةِ القَدْرِ فَتَلاَحَى رَجُلاَنِ مِنَ المُسْلِمِينَ
“Suatu ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar dari rumahnya untuk memberitahukan kepada kita tentang lailatul qadar. Lalu ada dua orang yang sedang bertengkar dari kaum muslimin.”
Lalu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ ، فَتَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ ، فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ ، فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ ، وَالسَّابِعَةِ ، وَالخَامِسَةِ
“Aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang lailatul qadar. Lalu ada Si Fulan dan Si Fulan bertengkar lalu diangkat…”
Apa maksud “diangkat”?
Pertama, Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah di dalam kitab beliau Fathul Bari mengatakan bahwa artinya diangkat dari hatiku, maka dilupakan dariku penentuannya (yaitu penentuan kapan terjadinya lailatul qadar karena sibuk dengan dua orang yang sedang bertengkar tadi.
Kedua, ada lagi yang mengatakan bahwa maknanya adalah diangkat berkahnya pada malam itu.
Ketiga, maknanya adalah diangkat pengetahuan tentangnya.
Kemudian Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah mengatakan bahwa yang diangkat adalah pengetahuan tentang penentuannya tentang lailatul qadar pada tahun itu. Ini yang dikuatkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullahu Ta’ala.
Dari sini kita ambil pelajaran bahwasanya lailatul qadar akan tetap ada sampai hari kiamat. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
فَالْتَمِسُوهَا
“Carilah kalian”
Di sini maksudnya adalah redaksi diberikan kepada para sahabat dan juga diberikan kepada umat-umatnya sampai akhir masa.
Di sini terdapat faidah ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ ، وَالسَّابِعَةِ ، وَالخَامِسَةِ
“Carilah pada yang ke sembilan, yang ke tujuh, yang ke lima.”
Kata Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah bahwa mungkin yang dimaksud “Carilah pada yang ke sembilan” yaitu malam yang ke sembilan dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” Berarti malam ke-29. Atau bisa juga maksud “carilah pada yang ke-9” yaitu maksudnya adalah carilah pada malam yang masih tersisa 9 hari. Berarti malam yang ke-21 atau yang ke-22. Sesuai dengan kesempurnaan bulan atau kekurangan bulan.
Simak penjelasan yang penuh manfaa ini pada menit ke-30:25
Download mp3 Kajian Tentang Pasti Dapat Lailatul Qadar
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48437-pasti-dapat-lailatul-qadar/